gaya jalan wanita behubungan dengan orgasmenya

Anda pernah dengar mitos yang mengaitkan seksualitas dengan bagian kaki seseorang? Misalnya, kalau seorang pria doyan masturbasi maka dengkulnya kopong atau untuk mengetahui apa seorang wanita masih perawan atau tidak dapat dilihat cara dia berjalan. Nah, penelitian yang akan saya paparkan dalam tulisan kali ini boleh dibilang menemukan hasil yang agak-agak mirip dengan mitos di atas, yaitu ada kaitan antara gaya berjalan seorang wanita dengan kemampuannya untuk mencapai orgasme. Tentu hasil yang diperoleh tersebut dijelaskan secara ilmiah, meski terkesan rada kontroversial.
Penelitian yang dilaksanakan Stuart Brody, dkk. dan dimuat dalam Journal of Sexual Medicine itu dilatarbelakangi oleh penemuan sebelumnya bahwa ada hubungan antara orgasme vaginal dengan kesehatan mental yang lebih baik (suatu penemuan yang sangat beraroma Freudian, saya kira) dan ada sejumlah teori psikoterapi yang menyatakan bahwa ada kaitan antara gangguan atau hambatan otot dan gangguan fungsi seksual dan karakter. Teori yang mengandung ide tersebut antara lain terapi fungsional-seksologis yang fokus perawatannya adalah perbaikan gerakan disengaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara gerakan tubuh sehari-hari dengan sejarah orgasme vaginal atau secara lebih spesifik apakah sejarah orgasme vaginal wanita dapat diketahui dengan mengamati gaya berjalan mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan merekam sekelompok mahasiswi Belgia yang tengah berjalan dan meminta mereka untuk mengisi angket tentang perilaku seksual. Rekaman tersebut diperlihatkan pada empat orang seksolog terlatih dan mereka diminta untuk menduga apakah wanita dalam rekaman itu pernah atau dapat mengalami orgasme vaginal, tanpa mengetahui sejarah perilaku seksual wanita yang dinilai, tentu saja. Hasilnya, penilaian para seksologis tersebut 81,25% tepat. Analisis lebih lanjut yang dilakukan membawa hasil yaitu besar rotasi pelvis dan vertebral, serta panjang langkah tampaknya menjadi karakteristik gaya jalan wanita yang mengalami orgasme vaginal. Karakteristik itu merefleksikan aliran enegi yang bebas, tanpa hambatan dari kaki melalui pelvis menuju tulang belakang. Ditambahkan pula, pengamat yang betul-betul jeli bisa menebak pengalaman orgasme vaginal seorang wanita dari gaya berjalannya yang tampak luwes, mengandung energi, sensualitas, bebas, dan tidak ada otot yang lemah dan terkunci.
Penjelasan yang diajukan oleh Brody mengenai hasil penelitiannya adalah ciri anatomis wanita dapat mempengaruhi tingkat kemungkinan ia mengalami orgasme vaginal. Otot pelvis yang terganggu dapat diasosiasikan dengan gangguan psikoseksual, sementara keduanya dapat mengurangi respons orgasme vaginal dan mempengaruhi gaya berjalan. Namun, di sisi lain hasil penelitian itu juga bisa ditafsirkan begini, bahwa wanita yang dapat orgasme vaginal mungkin merasa lebih percaya diri dengan seksualitas mereka yang terpancar dari gaya berjalannya. Bagaimanapun, hasil penelitian Brody, dkk. ini menambah kredibilitas ide untuk memasukkan latihan bergerak, pernafasan dan pola otot ke dalam penanganan disfungsi seksual.


Sumber:
The Journal of Sexual Medicine
free counters

Share

Twitter Facebook Favorites